BUDDHA

Ashin Jinarakkhita adalah biksu pertama di Indonesia dalam Agama Buddha. Sebelum menjadi seorang biksu ia dikenal dengan nama The Boan An atau Su Kong. The Boan An lahir di Bogor, 23 Januari 1923 dan meninggal di Jakarta, 18 April 2002 pada umur 79 tahun. The Boan An merupakan anak ketiga dari pasangan The Hong Gie dan Tan Sep Moy.

Sebelum menjadi seorang biksu, The Boan An berkuliah disalah satu universitas di Belanda. Selain mempelajari ilmu kimia, Ia juga mendalami agam Buddha. Sekembalinya dari Belanda, dia berguru kepada Maha Bhiksu Sanghanata Aryamulya Pen Cing, yang menjadi guru Mahayana untuk Boan An. Ia pun ditahbiskan menjadi samanera dengan nama Ti Chen di Jakarta.

Keinginan Sramanera Ti Chen untuk memperdalam agama Buddha dilanjutkan ke Burma. Akhir Desember 1953, ia berangkat ke Burma dan berlatih meditasi di pusat pelatihan meditasi Sasana Yeikhta, Yangon. Kemajuan yang dialaminya sangat pesat sehingga mencengangkan banyak orang. Akhirnya, pada 23 januari 1954, Sramanera Ti Chen ditahbiskan kembali menjadi samanera kemudian menjadi bhikkhu dalam tradisi Theravada dan mendapatkan nama Jinarakkhita dari Bhikkhu Mahasi Sayadaw serta diberi gelar Ashin.

Ashin Jinarakkhita tidak hanya dikenal oleh umat Buddha di Indonesia sebagai seorang bhikkhu, ia bahkan mendapat julukan “The Flying Monk” oleh umat Buddha di Malaysia dan Singapura karena kegesitannya untuk ‘terbang’ dari satu tempat ke tempat lain demi membabarkan Dharma. Ashin Jinarakkhita juga sempat mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang berskala internasional.

Selain itu, Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama kepada Almarhum Bhadanta Ashin Jinarakkhita sebagai kehormatan yang tinggi atas jasa-jasanya yang luar biasa terhadap Negara dan Bangsa Indonesia (Keppres R.I. Nomor 056/TK/Tahun 2005, ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2005).

https://buddhazine.com/mengenang-11-tahun-wafatnya-bhikkhu-ashin-jinarakkhita/