Abstrak/Ringkasan |
Di Yoh. 5, orang Parisi memandang Yesus menghujat Allah. Karena Dia berani: 1. mempersamakan diri dengan Allah. 2. menyebut Allah sebagai BapaNya secara pribadi. 3. melanggar Hukum Hari Sabat. Tiga tuduhan inilah benih kebencian mereka yang berakhir dengan membunuh Yesus. Tapi Yesus Kristus di dunia adalah untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, maka meski nyawaNya terancam Dia tetap tak kompromi barang sedikitpun.
Di Yoh. 6, Dia melakukan mujizat. Di Yoh.7, Dia tetap memberi pengajaran, menjanjikan Roh Kudus, juga berdebat dengan orang-orang Yahudi yang antipati terhadapNya. Sampai di Yoh. 8, kebencian orang Yahudi memuncak, bahkan nyaris melempari Dia dengan batu. Dan hukuman paling kejam yang boleh mereka lakukan hanyalah merajam orang dengan batu, bukan menyalibkan. Dan Yesuspun menyingkir. Mengapa? Karena waktuNya untuk mati belum tiba, Dia tak mau mati konyol. Tunggu sampai waktunya tiba, barulah Dia menghadapinya. Inilah prinsip yang Yesus Kristus tetapkan dan jalankan, menjadi teladan bagi semua orang yang harus menderita sengsara, bahkan mati bagi Tuhan. |